Berita

1. Latar Belakang

Dunia jurnalistik mendapatkan momentum baru pada era reformasi di Indonesia saat ini. Ketika Orde Baru berkuasa, banyak fakta disembunyikan sehingga pers yang berperan sebagai penyambung lidah masyarakat tidak mendapatkan informasi yang akurat, benar dan lengkap. Kehidupan pers banyak dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah sehingga berkali-kali terjadi pembredelan koran atau majalah.

Pada saat era reformasi bergulir, peranan pers menjadi penting. Dunia jurnalistik hidup kembali. Demikian pula praktisi jurnalistik baik wartawan maupun unsur pendukungnya menghirup udara segar. Isyarat hidupnya kembali dunia kuli tinta (sekarang disebut kuli disket) ini terlihat dari banyaknya penerbitan yang muncul. Majalah, tabloid dan surat kabar baik harian maupun mingguan tumbuh bagaikan jamur.

Pada umumnya di bidang penerbitan surat kabar misalnya, terdapat empat  bagian penting yakni bagian editorial, sirkulasi, periklanan dan percetakan. Kebutuhan akan barang dan jasa pendukung kehidupan jurnalistik ini menyebabkan bidang ini beralih menjadi sebuah industri. Hal itu disebabkan bidang persuratkabaran, televisi maupun radio membutuhkan berbagai peralatan yang mahal harganya dan juga kertas maupun mesin percetakan yang saat ini sudah sampai pada teknologi cetak jarak jauh.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pentingnya menyimak berita adalah untuk dapat mengetahui informasi terbaru, aktual dengan mengambil manfaat dari apa yang telah disimak.

2.  Definisi Berita

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet.

News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan.

Menurut Brian S Brook dkk (1985), berita terdiri dari unsur fakta. Namun tidak setiap fakta adalah berita. Berita biasanya menyangkut manusia tetapi tidak setiap orang bernilai berita. Berita, demikian Brian S Brook, adalah tentang apa yang terjadi di dunia namun hanya serpihan kecil fakta yang dilaporkan.

Dalam jurnalistik, begitu banyak pengertian berita. Masing-masing orang memberikan definisi berita berdasar sudut pandang sendiri-sendiri dalam merumuskan. Dalam buku Reporting, Mitchell V. Charnley menuliskan beberapa definisi berita: Berita adalah segala sesuatu yang terkait waktu dan menarik perhatian banyak orang dan berita terbaik adalah hal-hal yang paling menarik yang menarik sebanyak mungkin orang (untuk membacanya).” Ini definisi menurut Willard Grosvenor Bleyer.

Dari sekian definisi atau batasan tentang berita itu, pada prinsipnya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan dari definisi tersebut. Yakni: Laporan kejadian atau peristiwa atau pendapat yang menarik dan penting disajikan secepat mungkin (terikat oleh waktu).

Dalam jurnalistik juga dikenal jenis berita menurut penyajiannya. Pertama, Straight News (sering juga disebut hard news), yakni laporan kejadian-kejadian terbaru yang mengandung unsur penting dan menarik, tanpa mengandung pendapat-pendapat penulis berita. Straight news harus ringkas, singkat dalam pelaporannya, namun tetap tidak mengabaikan kelengkapan data dan obyektivitas. Kedua, Soft News (sering disebut juga feature), yakni berita-berita yang menyangkut kemanusiaan serta menarik banyak orang termasuk kisah-kisah jenaka, lust (menyangkut nafsu birahi manusia), keanehan (oddity).

3. Nilai Berita

Nilai berita adalah seperangkat kriteria untuk menilai apakah sebuah kejadian cukup penting untuk diliput? Ada sejumlah faktor yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai berita. Tujuh di antaranya adalah:

a.       Audience. Seperti halnya kepingan salju, tidak ada dua pendengar/pembaca yang benar-benar sama. Oleh karena itu sebuah berita mungkin lebih berarti bagi seseorang daripada yang lainnya. Oleh karena itu perlu dipikirkan ketika menulis siapa yang akan membaca atau mendengar apa yang kita tulis. Di sini seyogyanya penulis mempertimbangkan aspek kultural, sosial dan ekonomi sebuah masyarakat pembaca

a.       Kedekatan (proximity). Ada dua hal tentang kedekatan. Pertama dekat secara fisik dan kedua, kedekatan secara emosional. Orang cenderung tertarik bila membaca berita yang peristiwa atau kejadiannya dekat dengan wilayahnya dan juga perasaan emosional berdasarkan ikatan tertentu.

b.  Ketenaran (prominence). Orang terkenal memang sering menjadi berita. Seperti kata ungkapan Barat, Name makes news. Bintang film, sinetron, penyanyi, politisi ternama seringkali muncul di koran dan juga televisi.

c.       Aktualitas (timeliness). Berita, khususnya straight news, haruslah berupa laporan kejadian yang baru-baru ini terjadi atau peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan.

d.      Dampak (impact). Sebuah kejadian yang memiliki dampak pada masyarakat luas memiliki nilai berita yang tinggi. Semakin besar dampak tersebut bagi masyarakat, semakin tinggi pula nilai beritanya.

e.  Keluarbiasaan (magnitude). Sebenarnya hampir sama dengan dampak, namun magnitude di sini menyangkut sejumlah orang besar, prestasi besar, kehancuran yang besar, kemenangan besar, dan segala sesuatu yang besar.

f.  Konflik (conflict). Berita tentang adanya bentrokan, baik secara fisik maupun nonfisik, selalu menarik. Misalnya bentrokan antarmanusia, manusia dengan binatang, antar-kelompok, bangsa, etnik, agama, kepercayaan, perang dsb.

g. Keanehan (oddity atau unusualness). Sesuatu yang tidak lazim (unusual) mengundang perhatian orang di sekitarnya. Orang yang berdandan esktrentrik, orang yang bergaya hidup tidak umum, memiliki ukuran fisik yang beda dengan yang lain pada umumnya, dan sebagainya cenderung jadi berita yang bernilai tinggi. Hal tidak biasa membuat berita. Pada abad ke-19 ada ungkapan “anjing menggigit manusia bukan berita tetapi manusia menggigit anjing, itulah berita. Saat ini resep lama tersebut masih bertuah.

4.Unsur-unsur Berita

Khususnya bagian tubuh berita dan teras (bila ada) diharapkan hanya mengandung unsur-unsur yang berupa fakta, unsur-unsur faktual, dengan meminimalkan unsur-unsur non-faktual yang berupa opini. Apa yang disebut sebagai “fakta” di dalam kerja jurnalistik terurai menjadi enam unsur yang biasa diringkas dalam sebuah rumusan klasik 5W + 1H.

(1) What – apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa? (2) Who – siapa yang terlibat di dalamnya? (3) Where – di mana terjadinya peristiwa itu? (4) When – kapan terjadinya? (5) Why – mengapa peristiwa itu terjadi? (6) How – bagaimana terjadinya? (7) What next – terus bagaimana?

Berita yang lengkap mengandung 6 unsur tersebut. Dalam praktik sehari-hari, ada juga berita yang tidak memuat seluruh unsur tersebut. Hal itu mungkin saja terjadi, karena keterbatasan ruang atau keterbatasan waktu, sehingga unsur yang paling menonjol sajalah yang dimuat.

Dari 6 unsur tersebut, yang mana harus ditonjolkan merupakan pilihan redaktur bidang yang bersangkutan. Ketajaman memilih yang ingin ditonjolkan (istilah dalam dunia pers: “lead”) tergantung dari si pembuat berita dan redakturnya. Unsur lain yang perlu diperhatikan dalam pembuatan berita adalah harus relevan, hangat, eksklusif, ada tujuannya, unik, trendy, prestisius, dramatik, jenaka, memiliki dimensi human interest, magnitude, gaya bahasa, desain dan tataletak yang menarik, foto atau karikatur yang menarik. Lalu disesuaikan dengan watak dan kapasitas media yang bersangkutan, karena ada perbedaan antara media cetak dengan media eletronik.

5. Penyusunan Berita

Membuat berita berpedoman yang dikenal sebagai piramida dan piramida terbalik. Yang dimaksud dengan berita piramida: unsur berita terpenting (menurut redaktur/pembuat beritanya) diletakkan dalam awal berita (di kerucut piramidanya); misal: berita tentang celebrities, maka yang didahulukan adalah namanya (the Who) atau What-nya (masalahnya: cerai kawin lagi, punya anak kembar, dll). Unsur W lainnya dan H diletakkan belakangan.

Sedang mempergunakan piramida terbalik: unsur pendalaman berita didahulukan (biasanya the Why), baru diikuti peletakan unsur W lainnya dan H-nya. Pada dasarnya memilih ini adalah “memilih yang mana yang akan paling banyak menarik apakah the What atau the How atau the Where atau the Who dan When-nya atau the How-nya”?

Wartawan dan redaktur yang “jeli dan lihai” secara otomatis (intuitif) dapat menetapkan dalam waktu cepat (waktu: unsur penting dalam dunia jurnalistik!): yang mana harus didahulukan dan mempergunakan piramida yang mana yang paling cocok. Di sini terletak “kepandaian memilih” dari pribadi wartawan dan redakturnya.

Dalam cara menyusun berita, ada unsur lain soal “Judul Berita”. Dalam pembuatan judul berita, juga memilih dari unsur 5 W dan 1 H tersebut yang mana akan lebih menarik pembaca/pendengar/pemirsa sehingga timbul minat mereka untuk “terseret” membaca, mendengar dan melihat berita tersebut.

Menyusun berita harus terhindar dari sebuah opini sang wartawan. Secara singkat bahwa “opini adalah pendapat yang terlepas secara teknis dari berita”. Sebuah opini seringkali berkaitan langsung dengan berita; namun dalam “etika kalangan wartawan sedunia” opini harus dipisahkan dari berita. Oleh karena itulah, penulis mengatakan “…..terlepas secara teknis……” dalam perumusannya tersebut.

Dalam prakteknya pemisahan secara teknis itu berarti bahwa dalam berita tidak boleh ada opini dari pembuat berita (wartawan dan redakturnya).

Opini atau pendapat bisa mengambil bentuk komentar, tulisan artikel di rubrik tanya-jawab, wawancara khusus mengenai sebuah berita dari narasumber. Hasil kerja menghasilkan opini itu tidak boleh dicampuri pendapat wartawan dan redaktur yang mengerjakannya/membuat dan menyiarkannya. Jika wartawan maupun redakturnya ingin mengemukakan pendapatnya sendiri maka dia harus mengambil bentuk artikel atau rubrik khusus seperti ruang Tajuk Rencana sebuah penerbitan harian/majalah.

Hanya saja, dalam praktik, wartawan dan redaktur yang “lihai” dapat “menitipkan” opininya melalui narasumber yang diwawancarainya.

Daftar Pustaka

Brooks, S. Brian et.al, News Reporting and Writing. New York. St Martin’s Press, 1985.

Graber, Doris A, Processing the News: How People Tame the Information Tide. New York: Longman, 1988.

Hester, Albert L  dan Wai Jan J To, Pedoman untuk Wartawan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997

Jurnalistik dalam Praktek: Bagian I, Berita. Jakarta: Jajasan Kantor Berita

Nasional Antara, 1959.

Metzler, Ken, Newsgathering. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1986.

………, Karakteristik Berita, http://freejournalist.wordpress.com/,  01 Maret 2007

http://dasarjurnalisme.blogspot.com

Leave a Reply

3 komentar pada “Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *