Rahasia terindahNYA

Sesuatu yang IA rahasiakan dari sesuatu yang lain, salah satunya adalah kematian di dalam kehidupan. Siapa yang akan tahu suatu kata mati akan datang padanya. Daun layu, terjatuh, hancur bersama tanah oleh cacing-cacing, ayam yang pagi tadi baru berkokok tiba-tiba terlihat nguyung dan gleg, mati. Seseorang yang jam ini bercanda tawa makan bersama di warung tetangga, tiba-tiba tersedak dan… mati.

Siapapun dan apapun tak dapat mengingkari adanya mati. Tak dapat ditawar, tak dapat direka, tak dapat diterka, tak dapat diintip, kapan ia datang, kapan ia menyapa, kapan ia menghampiri. Sesaat ketika kita mengingatnya, bahwa setelah mati akan ada kehidupan kedua, kehidupan yang abadi. Betapa siapapun tak akan siap saat ajal menjemput tiba-tiba. Kecuali orang-orang tertentu pastinya.

Sebut saja Ferdy, teman kuliahku. Teman berbagi canda, berbagi duka, berbagi rasa, berbagi makanan, tugas dan berbagi lainnya. Kadang ada rasa dongkol, namun tetaplah dongkol dengan sahabat hanya sebatas dongkol karena kita kadang lupa betapa berharganya ia bagi sahabat. Rasa dongkol hilang saat ia datang kembali dengan senyumannya yang khas.

Kemarin sore, 31 Mei 2009, kita ada kuliah. Namun ia terlambat datang, dan tugas yang harus dikumpulkan belum selesai dikerjakan. Ia pribadi yang bertanggung jawab. Kebetulan tugas memang dikumpulkan di ketua offering. Tapi sempat juga teman-teman memercandainya dengan omongan yang memojokkan. Tapi tetaplah itu sebagai sahabat, hanya bumbu penyedap. Masih ada kesempatan untuk menyelesaikan hingga esok hari.

Kuliah selesai sebelum adzan maghrib dikumandangkan sang muadzin. Ia bergegas ingin segera berjamaah di rumah bersama sang bunda. Perjalanan kampus â€\” rumah sekitar 2 jam. Sedikit lebih cepat ia kemudi sepeda. Di tengah perjalanan saat ia mencoba menyelip truk tronton, tiba-tiba sang truk menggeserkan laju ke kanan menghindari lubang jalan di sebelah kirinya. Sontak Ferdy terpental dan sekian meter ia terpisah dari sepeda motornya. Namun sungguh malang, dari arah yang berlawanan, truk menggilas badan mungilnya. Innalillahi wa innailaihi rojiun,… Seketika tubuhnya remuk redam tak berbentuk dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Belum sempat sampai di rumah sakit, nyawanya tak dapat dipertahankan.

Satu semester sebelumnya, sang ayah Ferdy telah berpulang. Belum luka itu kering, datang kembali irisan pedih yang membuat sang Bunda terkulai lemas. Ferdy, anak tunggal yang mandiri, anak yang kreatif, anak yang bertanggung jawab, anak yang berbakti pada kedua orang tua. Sang Bunda menyeka air yang mengalir dari matanya yang bening dengan berkata “Ferdy, tidakkah kau kasihan pada Bunda, Bunda sendiri, ajak Bunda Ferdy, ajak Bunda.”

SubhanAlLah,. Betapa ujian yang IA berikan sangat nikmat. Sebagai sahabatnya tentu sangat kehilangan, terasa amat sesak dada ini. Teringat kembali beberapa menit yang lalu saat kami masih bersama, sehat wal afiat, makan di kantin seberang. Bagaimana dengan perasaan sang Ibu yang baru saja telah ditinggal sang suami, kini anak semata wayangnya pun meninggalkan.

Sesaat kutermenung, memandang jauh dan dalam. Tak terasa bulir-bulir bening dipipi membasahi. Aku teringat dengan temanku dipondok. Semenjak kumenginjakkan kaki di pondok, saat itu pula kumengenalnya. Dia anak yang cerdas, kreatif, friendly. Meski dia kakak kelasku, bukan hambatan bagi kami untuk berbagi. Saat dia berbahagia, aku pun bahagia. Saat ia sedih, aku pun sedih. Begitu pun sebaliknya. Kami selalu saling mengisi. Belajar segala hal bersama. Yach, meski kadang ada kecemburuan saat ia tak lagi memerhatikanku. Aku marah. Dan kadang ia yang cemburu karena aku yang tak menyapanya. Tapi tetaplah itu tidak berarti bagi kami. Kebersamaan yang ada sangat indah.

Tiba ia lulus dan tentu pergi dari pondok. Betapa kami sangat sedih. Meski sedih, tetaplah hidup harus terus berjalan. Tak dapat kita berlarut-larut. Ia meneruskan pendidikannya di rumah. Aku pun kembali dengan aktivitas rutin, sekolah, ngaji, dan begitu seterusnya.

Sekian bulan tak ada kabar darinya. Bodohnya aku tak meminta alamat rumahnya untuk sekedar melayangkan kertas putih bagaimana ia disana. Namun suatu hari, ia berkirim surat, untuk teman-teman semua yang dikhususkan untukku. Aku baca tulisannya begitu riang, sama seperti dulu, ia periang. Membaca surat darinya serasa aku berhadapan dengan sosoknya.

Di suratnya ia berpesan agar aku menghubunginya lewat nomor ponsel yang ia tulis. Namun lagi-lagi aku yang bodoh, tidak segera menghubunginya lantaran dipondok tak ada yang membawa ponsel karena memang sudah aturan pondok.

Tak terasa satu tahun telah berlalu kuberpisah dengannya. Tanpa sua, tanpa kata, hanya satu pucuk surat mewakili pertemuan kami. Tiba akupun lulus dari pondok dan sekolah aliyahku. Kucoba tekan nomor ponsel yang ia beri dulu. Namun malang aku, nomornya tak lagi aktif.

Allah ternyata berkehendak aku kembali ke al hikmah untuk kuliah dan pengabdian di pondok. Dengan kesibukanku saat itu, tak sempat aku hanya sekedar mencoba kembali mencari tahu dimana ia berada. Bagaimana kabarnya. Aktifitas apa yang sedang ia kerjakan.

Dan kembali setelah dua tahun aku wisuda. Aku meneruskan perjalanan harapan hati menjadi orang yang berarti. Bulan agustus 2008 tiba di kota kombang, kota malang. Aku kembali disibukkan dengan aktifitas baru di kota yang baru.

Hari selasa, tanggal 19 Agustus 2008, hari pertama aku mulai di perkenalkan dengan kehidupan perguruan tinggi (PKPT) atau OSPEK teman-teman berkata. Ponselku memang tak dibawa mengingat aktifitasnya lumayan rumit. Menjelang maghrib usai sudah PKPT hari pertama. Kucek beberapa pesan yang masuk dalam ponselku. Kaget, shock, hampir tak sadarkan diri aku dibuatnya. Salah satu teman dari pondok mengabarkan sahabatku pukul 11.00 WIB meninggal dunia di tempat akibat kecelakaan sepeda motor. Histeris, tubuh yang lemas dengan aktifitas PKPT, kabar ‘indah’ yang tak diduga. Sungguh, betapa hati dan pikiran kacau tak berarah. Astaghfirullah,. Ampuni hambaMu yang ternyata masih sulit mengaplikasikan ikhlas,.

Tak mungkin bagiku untuk meninggalkan aktifitas kampus di saat itu. Tapi apa yang bisa kulakukan disini selain meminta kepadaNYA untuk aku dan keluarganya ikhlas dan sabar, dan tentu agar ia diterima disisiNYA. Nama sahabatku adalah Laely Farkhati dari Tegal.

Sampai saat ini, aku masih merasakan kehadirannya disisiku. Dia masih ada didunia ini. Dia setia menunggu suratku. Dan aku pun menunggu.

Sungguh aku rasakan bagaimana sakitnya ketika sang anak meregang nyawa dan aku hanya bisa berdiam diri terbelenggu. Sakit yang teramat. Penyesalan diri mengapa begitu sangat lemah. Betapa bisa kubayangkan apa yang dirasakan sang Bunda Ferdy saat kehilangan sang anak semata wayangnya.

Sahabat. Orang-orang terkasih dan tersayangku. Betapakah engkau pun merasakan? Betapa aku sangat mencintai dan menyayangi semuanya,. Jangan biarkan aku kembali kehilangan,.

Atau mungkin barangkali aku yang mendahului semuanya,.. Maafkan atas salah dan khilafku,.

Arti persahabatan…

Tak dapat diutarakan dengan kata-kata

Tak dapat dilukiskan di atas kanvas

Tak dapat diukir di sebilah papan

Hanya dapat dirasakan

Begitu indahnya arti persahabatan

Arti persahabatan…

Perlu berjuta kalimat untuk menyatakannya

Perlu beratus lentera untuk meneranginya

Perlu berpuluh-puluh taman untuk menapakinya

Betapa pentingnya arti sebuah persahabatan

Sahabat…

Hadirmu selalu dinantikan

Karena

Kau dapat berikan nasehat dikeluh kesahku

Kau dapat hadirkan senyum dibibir ini

Kau dapat membikin suasana menjadi ceria

Sahabat…

Untukmu kukirimkan untaian kata ini

Untukmu kuucapkan terima kasih

Atas…

Kesetiannmu berbagi ceria

Kebaikanmu berbagi suka duka

Ketulusanmu berbagi canda tawa

Bersamamu…

Dunia serasa taman bunga

Penuh warna-warni kehidupan

Dunia serasa lautan luas

Hanya kita yang berlabuh disana

Leave a Reply

8 komentar pada “Rahasia terindahNYA

  1. suryo

    carilah duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan carilah akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.
    Hiduplah dengan mulia atau matilah sebagai syahid

  2. 49oe5

    Ferdy siapa ya ? apakah aku tahu orang ini ?
    Yang sabar ya bu robiah, yg tabah ?
    smg ia hidup Tenang di sisi Robbnya. Amin

  3. sawali tuhusetya

    subhanallah. maut memang menjadi rahasia Allah semata, sekaligus untuk menguji sejauh mana tingkat pengabdian kita kepada-Nya. semoga perjalanan sahabat mbak rabiah dilapangkan jalannya menuju ke pangkuan Sang Maha Pemilik.

  4. megha

    subbahanallah,,,,
    allahuakbar,,,
    semua nya berasal dri-NYA dan kn kembali pada NYA,smgo mbk d beri ketabahan dlm menghadapi smua ni,,,,sahabat dy kn selalu di hati,wlwpun dy tlah tiada,,,,

  5. Misbah Bukhori

    Ada ralat sedikit ya mba…
    Laely Farkhati, kecelakaan tersebut terjadi pada hari minggu tanggal 17 agustus 2008 Jam 14.15 WIB, almarhumah langsung dibawa ke RS Islam Harapan Anda Texin Tegal, selama 43 jam berada di ruang ICU dan sampai akhirnya dia menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tanggal 19 agustus 2008 Jam 09.15 WIB.
    Innalillahi wainna ilaihi rojiun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *