Abah Masrur, Nanda Merindu

Malam itu tidak seperti biasanya. Hati ini begitu sesak dengan luapan rasa yang hendak membuncah. Teringat dan rindu yang menyayat memenuhi rongga dada.

Hingga larut malam telah lewat, mata ini pun tidak dapat juga terpejam. Bayangan dan gambaran wajahnya terus berkelebat di depan mata. Saya tak dapat lagi menenangkan diri. Segera kuusap wajah ini dengan air wudlu yang menyegarkan.

Sekian jam bergulat dengan dan syairNya. Tetap saja, rindu itu semakin menggunung. Fajarpun telah menampakkan sinarnya. Tepat pukul 05.27 WIB-20 November 2011-ponsel saya berdering, tanda sms masuk. Petir dan kekosongan menyerang tak ada ampun. Remuk redam sudah hati ini dan mutiara itu pun tak terasa membasahi pipi.

Innalilahi wainnailahi roji’un…. Abahku-Abah Masrur-telah berpulang ke rahmatullah. Rasa tidak percaya dengan kabar itu, segera saya konfirmasi ke khadam di pondok, Iya mbak, berita itu benar. Kami juga masih belum percaya, dengan isak tangisnya.

Tetap saya belum mempercayai berita itu, saya pun segera matur ke Umy Ery, istri Abah Sholah-Putra Abah Masrur-untuk memastikan kabar tersebut. Suara pertama yang saya dengar menambah kegalauan hati, Iya kabar itu benar, Abah sedo dan hendak disarekan di pemakaman Baqi, Madinah. Isak tangis kami pun saling bersambut. Pecah sudah luapan rasa itu.

Saya cukupkan waktu dengan buncahan rasa itu. Segera saya memberi kabar ke alumni, wali murid, pondok-pondok pesantren yang berelasi dll, untuk bisa berdoa bersama dan segera melaksanakan shalat ghaib. Forum-forum komunitas online pun saling tanya akan kebenaran kabar tersebut.

Dunia berduka. Indonesia berduka. Jawa tengah berduka. Benda berduka, khususnya Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Brebes. Tengah kehilangan lagi teladan, ulama, yang kharismatik setelah tahun lalu KH. Abdurrahman Wahid pun meninggalkan kami.

Terngiang bagaimana Abah memberikan salam saat pengajian hendak dimulai. Suaranya lembut, ramah, menyejukkan, namun tegas. Senyum beliau, canda beliau, membuat siapapun yang mendapatkannya sungguh damai dan lapang menyertai hati.

Bila menelpon atau ditelpon seseorang, janganlah sampai kamu keduluan salam. Jadilah yang pertama memberi salam, salah satu pesan beliau.

Abah, kenapa harus meninggalkan Nanda. Nanda belum sempat memakai cincin itu. Nanda belum ditikahkan Abah, Nanda ingin Abah jadi wali nikah nanti, hibur saya dalam hati.

Semoga Abah damai disisiNya.
Semoga pondok pesantren tetap berdiri kokoh walau tanpa kehadiran fisik Abah.
Semoga petuah-petuah Abah tidak hanya menjadi koleksi saja, namun kita laksanakan.
Semoga saya bisa sowan ke makam Abah.
Semoga saya bisa sowan walau masih di dunia yang berbeda.

Leave a Reply

3 komentar pada “Abah Masrur, Nanda Merindu

  1. Soichiro Blue

    tidak ada satu orang pun yang percaya dengan peristiwa ini,,,, tapi inilah kenyataanya yang terjadi…..
    walaupun abah tidak akan pernah kita lihat lagi,,,, tetapi abah kan tetap melihat kita…… 🙂

  2. fakhr rozy

    santri mna yg tdk kcwa ttg knytaan tsb, sungguh btpa kget’y n seakan hat ni bgaikn dsmbar oleh halilintar yg sngt dahsyat ktk mndng kbr tsb. tdk prcy klau knytaan ni terjd…..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *