Model Komunikasi

Seperti halnya model pesawat terbang, model rumah, atau pun model lainnya, model komunikasi kurang lebih adalah replika–kebanyakan sebagai model diagramatik–dari dunia nyata. Oleh karena komunikasi bersifat dinamis, sebenarnya komunikasi sulit dimodelkan. Akan tetapi, penggunaan model berguna untuk mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi dan bagaimana unsur-unsur tersebut berhubungan.

Sejauh ini terdapat ratusan model komunikasi yang telah dibuat oleh para pakar. Kekhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut, paradigma yang digunakan, kondisi teknologis, dan semangat zaman yang melingkunginya. Pada pembahasa ini adalah sebagian kecil dari sekian banyak model komunikasi tersebut, khususnya model-model yang sangat populer.

Model S             œ R

Model Stimulus             œ Respon (S             œ R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Misal, bila seorang lelaki berkedip kepada seorang wanita, dan wanita itu kemudian tersipu malu, atau bila lelaki itu tersenyum dan kemudian wanita tersebut membalas senyuman. Itu adalah pola SR.

Jadi model SR mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dapat dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbal-balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi berikutnya.

Model Aristoteles

Model Aristoteles adalah model komunikasi klasik, yang sering juga disebut model retoris. Aristoteles adalah tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi, yang intinya adalah persuasi. Komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, ia menge-mukakan tiga unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara, pesan, dan pendengar.

Fokus komunikasi yang ditelaah Aristoteles  adalah komunikasi retoris, yang sekarang lebih dikenal dengan komunikasi publik atau pidato.

Model Lasswell

Model komunikasi Laswell berupa ungkapan verbal, yakni Who, Says What, In Which Channel, To Whom, dan With What Effect?. Laswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu pengawasan lingkungan—yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya peluang dalam lingkungan, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespons lingkungan, dan transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.

Laswell berpendapat bahwa terdapat tiga kelompok spesialis yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi tersebut. Misal, pemim-pin politik dan diplomat termasuk ke dalam kelompok pengawas lingku-ngan. Pendidik, jurnalis dan penceramah membantu mengkorelasikan atau mengumpulkan respons orang-orang terhadap informasi baru. Anggota keluarga dan pendidik sekolah mengalihkan warisan sosial. Model ini sering diterapkan dalam komunikasi massa.

Model Shannon dan Weaver

Model Shannon dan Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model itu melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menciptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima yang menyandi-balik atau mencipta-ulang pesan tersebut.

Dengan kata lain, model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal dari transmitter ke penerima.

Dalam percakapan, sumber informasi ini adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata terucapkan), yang ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran). Penerima (receiver), yakni mekanisme pendengaran, melakukan operasi sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekonstruksi pesan dari sinyal. Sasaran (destination) adalah (otak) orang yang menjadi tujuan pesan itu.

Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan.

Model Schramm

Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur: sumber, pesan, dan sasaran. Sumber dapat berupa seorang individu (berbicara, menulis, memberi isyarat). Pesan dapat berupa tinta pada kertas, gelombang suara di udara, lambaian tangan, atau setiap tanda yang dapat ditafsirkan. Sasarannya seperti seorang individu yang mendengarkan, menonton atau membaca; atau anggota suatu kelompok, seperti kelompok diskusi, khalayak media massa dls.

Model Newcomb

Theodore Newcomb memandang komunikasi dari perspektif psikologi-sosial. Dalam model Newcomb, komunikasi adalah cara lazim dan efektif yang memungkinkan orang-orang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka. Ini adalah suatu model tindakan komu-nikatif dua-orang yang disengaja (intensional). Model ini mengisyaratkan bahwa setiap sistem apa pun mungkin ditandai oleh keseimbangan kekuatan dan bahwa setiap perubahan dalam bagian mana pun dari sistem tersebut akan menimbulkan ketegangan terhadap keseimbangan atau simetri, karena ketidak seimbangan atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.

Model Westley dan MacLean

Bruce Westley dan Malcolm Maclean merumuskan suatu model yang mencakup suatu komunikasi antarpribadi, komunikasi massa, dan memasukkan umpan-balik sebagai bagian integral dari proses komunikasi. Model ini dipengaruhi oleh model Newcomb, model Lasswell, dan juga oleh model Shannon and Weaver. Mereka menambahkan jumlah peristiwa, gagasan, objek, dan orang yang tidak terbatas yang ke semuanya merupakan objek orientasi yang menempatkan suatu peran C di antara A dan B dan menyediakan umpan balik.

Menurut kedua pakar ini, perbedaan umpan balik inilah yang membedakan antara komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa. Dalam komunikasi antarpribadi umpan balik bersifat segera dan pada komunikasi massa bersifat minimal dan atau tertunda. Sumber dalam komunikasi antar pribadi lebih beruntung daripada komunikasi massa karena dapat secara langsung memanfaatkan umpan balik dari penerima untuk mengetahui apakah pesannya mencapai sasaran dan sesuai dengan tujuan komunikasinya atau tidak. Sedangkan dalam komunikasi massa dapat saja diterima pengirim pesan, namun bisa saja beberapa hari atau beberapa minggu kemudian. Misalnya, calon presiden yang berdebat dalam kampanye politik yang disiarkan di televisi tidak dapat secara langsung mengetahui penerimaan pesannya oleh khalayak pemirsa.

Model Westley dan Maclean mencakup tiga konsep penting, yaitu umpan balik, perbedaan, dan kemiripan komunikasi antar pribadi dengan komunikasi massa. Model ini juga membedakan pesan yang bertujuan (purposif) dengan pesan yang tidak bertujuan (nonpurposif). Pesan purposif adalah pesan yang dikirimkan sumber untuk mengubah citra penerima mengenai sesuatu dalam lingkungan. Contohnya, seorang mahasiswa yang menyampaikan pesan kepada teman mahasiswanya bahwa dosen yang memberi nilai buruk adalah dosen killer, dalam hal ini dia mengirimkan pesan yang betujuan. Sementara itu, pesan nonpurposif adalah pesan yang dikirimkan sumber kepada penerima secara langsung tanpa mempengaruhi penerima. Contohnya, seorang mahasiswa mendengar seorang dosen yang berkomentar mengenai seorang  mahasiswa lain kepada dosen-dosen lainnya.

Model Gerbner

Model Gerbner (1956) merupakan perluasan dari model Lasswell yang terbagi menjadi model verbal dan model diagramatik. Model verbal terdiri atas 10 hal, yaitu seseorang (sumber atau komunikator), mempersepsi suatu kejadian, bereaksi, dalam suatu situasi, melalui suatu alat, menyediakan materi, dalam suatu bentuk, konteks, mengandung isi, dan mempunyai suatu konsekuensi.

Jadi, bisa disimpulkan model Gerbner menunjukkan bahwa seseorang mempersepsi suatu kejadian dan mengirimkan pesan kepada suatu transmitter yang pada gilirannya mengirimkan sinyal kepada penerima (receiver). Dalam transmisi itu sinyal menghadapi gangguan dan muncul sebagai hasil yang dikomunikasikan (SSSE) bagi sasarannya (destination).

Model Berlo

Model ini dikenal dengan model SMCR kepanjangan dari Source (sumber), Message (pesan), Channel (saluran), dan Receiver (penerima). Berlo mengemukakan, sumber adalah pihak yang menyampaikan pesan, baik sesorang atau kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat. Saluran adalah medium yang membawa pesan. Penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi.

David K. Berlo juga menggambarkan kebutuhan penyandi (encoder) yang bertanggung jawab mengekspresikan maksud sumber dalam bentuk pesan dan penyandi balik (decoder) yang berfungsi untuk menerjemahkan pesan yang ia terima. Dalam situasi tatap-muka, kelompok kecil dan komunikasi (pidato), saluran komunikasinya adalah udara yang menyalurkan gelombang udara. Dalam komunikasi massa, terdapat banyak saluran seperti, televisi, radio, surat kabar, buku, dan majalah. Model ini juga melukiskan beberapa faktor pribadi yang mempengaruhi proses komunikasi, pengetahuan, sistem sosial, dan lingkungan budaya sumber dan penerima.

Salah satu kelebihan model Berlo adalah model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun juga komunikasi antar pribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model ini bersifat heuristik (merangsang penelitian), karena merinci unsur-unsur yang penting dalam proses komunikasi. Model ini biasanya dapat memandu seseorang untuk meneliti efek keterampilan komunikasi penerima atas penerimaan pesan yang dikirimkan kepada orang lain atau sebagai pembicara mungkin menyadari bahwa latar belakang sosial itu berpengaruh.

Selain memiliki kelebihan, model Berlo juga memiliki keterbatasan. Seperti model Aristoteles, menyajikan komunikasi sebagai fenomena yang dinamis dan terus berubah. Lebih jauh lagi, umpan balik yang diterima pembicara dari khalayak tidak dimasukkan dalam model grafiknya, dan komunikasi non-verbal tidak dianggap penting dalam mempengaruhi orang lain.

Model DeFleur

Model DeFleur menggambarkan model komunikasi massa daripada komunikasi antar pribadi. Model ini merupakan perluasan dari model-model yang dikemukakan para ahli lain, khususnya Shannon dan Weaver dengan memasukkan perangkat media massa dan perangkat umpan balik. DeFleur menggambarkan sumber (source), pemancar (transmitter), penerima (receiver), dan sasaran (destination) sebagai fase-fase terpisah dalam proses komunikasi massa.

Transmitter dan receiver dalam model DeFleur parallel dengan encoder dan decoder dalam model Schramm. Source dan transmitter adalah dua fase atau dua fungsi berbeda yang dilakukan seseorang. Ketika seseorang berbicara, ia memilih simbol-simbol untuk menyatakan makna denotative (sebenarnya) dan konotatif (kiasan), kemudian mengucapkannya secara verbal atau menuliskan simbol-simbol ini sedemikian rupa sehingga berubah menjadi peristiwa yang dapat didengarkan atau dilihat yang dapat dipersepsi sebagai rangsangan oleh khalayaknya.

Dalam model DeFleur, fungsi penerima (receiver) adalah mene-rima informasi dan menyandi-baliknya mengubah peristiwa fisik informasi menjadi pesan. Dalam percakapan biasa, penerima merujuk kepada alat pendengaran manusia yang menerima getaran udara dan mengubahnya menjadi impuls saraf sehingga menjadi simbol verbal yang dapat dikenal. Dalam komunikasi tertulis, mekanisme visual mempunyai fungsi yang sejajar atau sama. Menurut DeFleur komunikasi bukanlah pemindahan makna, komunikasi terjadi lewat operasi seperangkat komponen dalam suatu sistem teoretis yang konsekuensinya adalah isomorfisme.

Model Tubbs

Model ini menggambarkan komunikasi mendasar, yaitu komunikasi dua orang. Model ini sesuai dengan konsep komunikasi sebagai transaksi yang mengansumsikan kedua peserta komunikasi sebagai pengirim dan sekaligus sebagai penerima pesan. Ketika kita berbicara (mengirimkan suatu pesan), sebenarnya kita juga mengamati perilaku mitra bicara kita dan bereaksi terhadap perilakunya itu. Prosesnya bersifat timbal balik atau saling mempengaruhi dan juga berlangsung spontan atau serentak.

Komunikasi bisa saja dimulai oleh orang pertama atau orang kedua. Akan tetapi dalam kenyataannya, kedua orang tersebut mengirim dan juga menerima pesan sepanjang waktu. Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi berlangsung sebagi sesuatu yang berkesinambungan, tanpa awal dan akhir. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari nyaris tanpa adanya struktur yang pasti sehingga kedua peran oang pertama dan orang kedua bertumpang tindih. Komunikasi itu merupakan kelanjutan dari fenomena komunikasi yang terjadi sebelumnya, baik orang yang bersangkutan ataupun dengan pihak lain, dan apa yang kita anggap akhir komunikasi juga akan berlanjut dengan peristiwa komunikasi selanjutnya, baik dengan diri kita lagi atau dengan pihak lainnya.

Pesan dalam model ini berupa pesan verbal dan pesan nonverbal.  Salurannya adalah alat indra, terutama indra pendengaran, penglihatan, dan perabaan. Gangguannya adalah gangguan teknis dan gangguan semantik. Gangguan teknis yaitu perubahan dalam rangsangan atau informasi yang dating. Sedangkan gangguan semantik yaitu pemberian makna yang berbeda atas lambang yang disampaikan pengirim.

Model Gudykunst dan Kim

Model ini sebenarnya adalah model komunikasi antarbudaya, yakni komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya berlainan atau dengan orang asing (stranger). Model komunikasi ini sesuai untuk komunikasi tatap-muka, khususnya antara dua orang. Model Gudykunst dan Kim mengasumsikan dua orang yang setara dalam berkomunikasi, masing-masing sebagai pengirim sekaligus penerima pesan.

Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian balik-pesan merupakan proses ineraktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang dikategorikan menjadi faktor-faktor budaya, sosio-budaya, psikobudaya, dan faktor lingkungan. Masing-masing peserta komunikasi, yaitu orang pertama dan orang kedua dipengaruhi budaya, sosiobudaya, dan psikobudaya yang berupa lingkaran-lingkaran dengan garis yang terputus-putus. Garis yang sepeti itu menunjukkan bahwa budaya, sosiobudaya, dan psikobudaya itu saling berhubungan atau saling mempengaruhi. Kebanyakan komunikasi antara orang-orang berlangsung dalam lingkungan sosial yang mencakup orang-orang lain yang juga terlihat dalam komunikasi.

Pengaruh sosiobudaya adalah pengaruh yang menyangkut proses penataan sosial yang berkembang berdasarkan interaksi dengan orang lain ketika pola-pola perilaku menjadi konsisten seiring berjalannya waktu. Sosiobudaya ini terdiri atas empat faktor utama, yaitu keanggo-taan kita dalam kelompok sosial,konsep diri kita, ekspetasi diri kita, dan definisi kita mengenai hubungan antarpribadi. Pengaruh psikobudaya meliputi stereotip dan sikap (etnosentrisme atau prasangka). Stereotip dan sikap menciptakan pengharapan mengenai bagaimana orang lain berperilaku. Sedangkan etnosentrisme, mendorong seseorang menaf-sirkan perilaku orang lain berdasarkan pemikiran sendiri dan mengharapkan orang lain berperilaku sama dengan yang dipikirkan.

Unsur yang terakhir yang melengkapi model komunikasi ini adalah lingkungan. Lingkungan mempengaruhi cara menafsirkan rang-sangan yang datang dan perkiraan yang dibuat mengenai perilaku orang lain. Oleh karena itu, orang lain mungkin mempunyai persepsi dan orientasi berbeda terhadap lingkungan. Mereka mungkin menafsirkan perilaku dengan cara yang berbeda dalam situasi yang sama. Gudykunst dan Kim member contoh, Orang Amerika Utara mengunjungi suatu keluarga Kolombia dan akan mengharapkan berinteraksi secara informal di ruang tengah. Namun sebaliknya bagi keluarga Kolombia yang menganggap ruang tengah adalah tempat yang formal atau resmi.

Model Interaksional

Model komunikasi interaksional lebih sesuai digambarkan menggunakan model verbal, karena karakternya yang kualitatif, nonsistemik, dan nonlinier. Komunikasi ini digambarkan sebagai pembentukan makna (penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain) oleh para peserta komunikasi (pembicara atau komunikator). Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri yang lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.

Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui pangambilan peran orang lain. Diri (self) berkembang lewat interaksi dengan orang lain yang dimulai dengan lingkungan terdekatnya seperti keluarga dalam suatu tahap yang disebut tahap permainan dan terus berlanjut hingga ke lingkungan yang luas.

Dalam model-model komunikasi ini, perbedaan antara pesan dan saluran semakin samar apabila menggunakan alat-alat canggih yang kaya akan nuansa, gerakan, bentuk, warna, dan teknik manipulasi lainnya, seperti komputer dan multimedia. Sebagian pengamat mengatakan bahwa kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang pesat sekarang ini, model-model komunikasi dianggap tidak memadai lagi dan perlu dibuat model-model yang baru. Beberapa fenomena sosial, seperti kerusuhan atau konflik antargolongan terjadi akibat adanya provokasi atau suara yang mengadu domba oleh dalangnya yang biasa dikenal dengan sebutan provokator, dapat juga digunakan sebagai ilustrasi bahwa model komunikasi yang ada tidak sesuai lagi, karena sumber sebagai unsur komunikasi yang penting bahkan tidak dapat teridentifikasi.

 

Daftar Rujukan

Aulia. 2007. Model-Model Komunikasi Massa, (online), (http://komunikasi publik.multiply.com/journal/item/53/bahan_kuliah_model_komunikasi_massa), diakses 23 Agustus 2010).

Mulyana, Deddy, 2007. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Leave a Reply

2 komentar pada “Model Komunikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *