Semut Kecil

Liburan semester tiba saat bulan juni dan juli. Seperti yang lainnya, aku pun mudik ke kampung halaman. Yup! Brebes.

Aktivitas tak ada yang luar biasa. Semua berjalan biasa. Perjalanan Malang – Brebes Pkl 15.00 – 08.30 WIB. Cukup melelahkan. Kereta kelas ekonomi, siapa yang tak tahu, disana bermacam orang ada. Bakul-bakul hilir mudik. Terlebih di tiap stasiun pasti berhenti. Wuih! Panasnya terasa banget.

Tapi mengasyikkan juga, bisa ini itu, kenal sana sini. Rugi deh dalam perjalanan kalo cuma tidur. Kebetulan pas kumpulan kursiku semua mahasiswa, kami berlima; 4 cowok 1 cewek. Ada yang dari Surabaya, Malang, Blitar, dan dari Jakarta. Meski di sebelah kanan kami sekumpulan keluarga yang semuanya rame, ditambah ada si kecil imut yang lagi belajar wawancara. Anak usia lima tahun gitu.

Kebetulan aku bareng sama adek sepupu. Eh, dikira aku pengantin baru sama keluarga tadi. Glegg! Adek saja masih sekolah kelas 1 SMK. (Terlalu CUTE kali yaa di kira masih SMP, hehe)

Semua terlelap dengan tenang saat tengah malam, walau ada satu dua bakul yang berkeliaran. Tapi kami masih semangat ngobrol. Tiba di Semarang hilang satu deh kawanan lima kami. (huh, sedih juga,. Kapan ya ketemu lagi?)

Sudah jam 3 pagi, ternyata kantuk merasuk. Giliran bangun, eee uda mau nyampe. (hiks.hiks.hiks berpisah deh kawan,. Moga segera ketemu lagi)

Tiba di rumah, duh sambutannya,.. kayak nyambut presiden aja,. (hehe padahal emang lagi ada puputan anak sepupu gitu,. Itu lho kalo bayi mau dikasih nama gitu)

Sehari, seminggu, sebulan. Lama juga liburannya. Baru liburan kali ini bisa lebih dari sebulan di rumah. Namanya liburan, main sana main sini. Ke Kuningan, Bandung, Jakarta. Huhh.. Asyik juga,. (Meski cuma mimpi, hehhe)

Saat main ke Kuningan, gak tahunya banyak saudara disana. Diajak deh sama bibi ke saudara 1, saudara 2, saudara 3, semuanya disamperin,. (bukan mau minta sumbangan lho ya,. Hehe). Nah, tiba giliran ke saudara 4,. Ternyata ke pondok pesantren gitu,. Duh, jadi grogi,. Pondok putra. Buanyak. (kenapa bibi gak bilang sih, kalo mau berkunjung ke pondok putra,. Kan bisa persiapan dulu). *** kabar-kabar sekarang nih ya, diminta jadi mantu katanya, tapi si dia masih S2 di Mesir, is is is memangnya masih jaman siti nurbaya,. Sekarang uda jaman siti robiah kali,.. hehe ***

Kata orang bulan-bulan juli-agustus ini bulannya bulan kawin, bulan hajat. Bukannya liburan buat santai-santai, malah diminta bantu sedulur-sedulur punya hajat. Mending satu, lima bayangkan! Tapi ya enjoy juga sih, jadi ketemu sama saudara-saudara yang jauh dan teman-temannya saudara juga,. Banyak kenalan gitu.

Eitt, apa hubungannya liburan dengan The Ant Bully?

Di sela liburan panjang, siaran televisi pun memberikan tayangan-tayangan khusus edisi liburan. Salah satunya di transTV kalau tidak salah,. ditayangkan cartoon dengan judul The Ant Bully. Tapi sayang tidak nonton sejak awal. Kurang tahu deh awalnya gimana,. Kurang lebih begini ceritanya,….

(Nama semua fiktif,. Lupa aslinya siapa aja)

Satu keluarga terdiri dari nenek, ayah, ibu, kakak dan saya; Aura. Bulan liburan datang. Ayah dan ibu membiarkanku liburan dirumah bersama nenek dan kakak yang cerewet.

Halaman rumah yang luas dengan tanaman hijau terhampar luas. Di samping rumah ada satu gundukan rumah koloni semut yang amat dibenci oleh keluarga kami karena tingkahnya yang selalu meributi rumah. Teman-teman sekelas menjauhiku karena rumahku selalu ada koloni semut yang suka mengganggu mereka.

Satu pagi kakakku sedang keluar rumah. Kini tersisa nenek dan aku. Aku intip hawa luar dengan teropong miniku. Terlihat seorang laki-laki gendut gontai menghampiri pintu rumah. Aku bergegas ke ruang tamu. Kubuka pintu. Si gendut berkata ia dipesankan oleh ayah untuk membasmi koloni semut yang ada di rumah, sedang kesepakatan kontrak belum ayah tanda tangani dan beliau mewakilkan kepadaku. Aku berpikir sejenak, haruskah aku tanda tangani atau tidak. Karena si gendut terus membujukku, aku pun bersedia menandatangani kontrak itu. Sementara pelaksanaan pembasmian menunggu minggu depan.

Koloni semut amat membenci aku. Mereka menyebutku Si Penghancur. Zidan, semut jantan mencoba membaca mantra untuk membuat ramuan rahasia. Sudah bekali-kali namun tetap belum saja berhasil. Sampai pada akhirnya ia putus asa. Keira, semut betina mengingatkan dan terus memberi motivasi agar tetap mencoba dan mencoba sampai berhasil. Dengan kesabaran dan ternyata Zidan menemukan mantra yang dapat membuat ramuannya berhasil mengeluarkan cahaya yang amat menyilaukan.

Ramuan telah disiapkan Zidan dan Keira. Sementara aku bersiap-siap membanjiri gundukan tempat koloni semut yang menjengkelkan itu dengan air dari kran yang akan kutumpahkan ini. Air dari kran sudah kualirkan, namun                           Brak!!! Ada sesuatu masuk ke dalam telingaku. Zidan dan Keira berhasil memasukkan ramuannya ke dalam telingaku yang membuat aku berubah kecil, sekecil mereka.

Dunia baru datang di hadapanku. Dunia koloni semut. Aku bak hidangan lezat yang siap di santap. Aku dihadapkan pada ratu mereka. Berbagai cemoohan datang padaku, menyebutku Si Penghancur untuk segera dimusnahkan. Namun ratu berbaik hati, aku diberi keringanan untuk menjadi bagian dari mereka. Untuk menjadi semut. Yah, untuk menjadi seekor semut. Bekerja untuk mendapatkan sebutir gula-gula. Mengumpulkan makanan untuk persediaan di musim hujan.

Berbagai pengalaman dan pelajaran yang bisa aku ambil. Ternyata semut mempunyai beberapa sifat yang takjub sekali dimana manusia patut mencontohnya. Hebatnya karakter semut yang seakan sudah menjadi filosofi hidup mereka, dapat dijadikan pedoman untuk bekerja. Memang filosofi itu sangat sederhana, namun jika dapat menerapkannya, pasti akan menjadi pekerja handal yang luar biasa.

Antara lain semut selalu bekerjasama.

Aku lihat saat mereka mencoba mengumpulkan makanan untuk persediaan musim hujan. Cara kerja mereka, mulai dari mengangkat sebutir nasi sampai memakannya. Mereka selalu bekerja sama. Sebutir nasi yang cukup berat bagi semut, diangkat beramai-ramai ke tempat mereka. Begitu seterusnya hingga butiran nasi yang mereka angkut mencukupi kebutuhan makan mereka dan menyantapnya pun bersama-sama. Kerjasama dan kekompakan para semut sangat luar biasa!

Selain itu semut mempunyai kepedulian yang tinggi.

Saat itu aku diminta merayap seperti halnya mereka. Namun, apalah daya aku seorang manusia, bukan semut. Aku tidak bias memanjat dengan tangan dan kaki kosong. Mereka memberiku motivasi, memberiku dukungan bahwa aku pun pasti bisa. Dengan kegigihan dan dorongan mereka aku terus berlatih meski jatuh bangun berulang kali. Dari ini aku merasakan benar mereka sangat peduli terhadap kawannya. Mereka akan selalu memelihara rasa cinta kasih kepada sesama.

Selanjutnya semut tidak pernah mengenal kata menyerah.

Terlihat saat aku masih menjadi manusia normal, aku mencoba membasmi para koloni semut. Dan mereka merasakan yang akan kulakukan. Mereka mencari jalan, terus dan terus sampai berhasil. Dan jadilah mereka berhasil membuatku menjadi kecil layaknya mereka.

Dan yang ini perlu di pandang penting. Semut menganggap musim panas sebagai musim dingin.

Ini merupakan cara pandang yang penting. Musim panas tidak akan berlangsung sepanjang waktu. Semut-semut mengumpulkan makanan musim dingin mereka di pertengahan musim panas. Yach! Mereka selalu berpikirlah ke depan, seperti halnya ‘sedia payung sebelum hujan’.

Begitupun sebaliknya, semut menganggap musim dingin sebagai musim panas.

Selama musim dingin, semut mengingatkan dirinya sendiri, “Musim dingin tak akan berlangsung selamanya. Segera kita akan melalui masa sulit ini.” Maka ketika hari pertama musim semi tiba, semut-semut keluar dari sarangnya. Dan bila cuaca kembali dingin, mereka masuk lagi ke dalam liangnya. Lalu, ketika hari pertama musim panas tiba, mereka segera keluar dari sarangnya. Mereka tak dapat menunggu untuk keluar dari sarang mereka.

Selain itu masih banyak lagi yang bisa aku ambil, mereka rendah hati, kreatif dan inovatif, disiplin, bertanggung jawab, produktif, tekun, dan sunggguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap semua keputusan/peraturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan serta bertanggung jawab melaksanakannya tanpa tawar-menawar. Mereka pun memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menguasai tekniknya secara baik, sehingga mampu menyampaikan segala informasi yang diperlukan tanpa menimbulkan kesalahpahaman.

Mungkin film ini sudah lama beredar dan tentunya sudah banyak dikenal. Kabarnya film ini pun diangkat dari sebuah novel. Tapi bagi yang belum nonton, simak deh! Banyak buanget pelajarannya. BURUAN!!!

Leave a Reply

10 komentar pada “Semut Kecil

  1. John Hutapea

    asyik ceritanya. Tp krn terlalu panjang jadi kabur ditengah.

    Harusnya jika ada 2 tema dipecah jadi 2 judul. Ini aturan jurnalis. Cm bruntung ini blog jadi tdk masalah he.he.he..

    Eit, jangan mrsa selamat dulu.. Ada jg yg harus dipertimbangkan dgn istilah Blogwalking.

    Bloger yg kejar backlink akan urung membaca apalagi berkomentar dg tulisan yg cukup panjang dan terpecah 2. Kecuali memenggalnya dgn sebuah subjudul.

  2. sawali tuhusetya

    wew… bener2 liburan yang menyenangkan, mbak robiah, hehe … apalagi sampai sebulan full. hmmm…. ternyata penggemar film kartun juga, yak? kalau pas lewat kendal, mbok pinarak ke gubug saya, mbak.

  3. robiah Penulis

    Pak Sawali: iya pak, InsyAllah.. semoga nanti bisa singgah,..

    Mas JoHn : wah makasih banget ya saran & kritiknya,.. ditunggu lho mas John mampir,. akhirnya datang juga!

  4. sawin

    aku dari twlnd juga,boleh gak ku tahu sklian knalan gitu,dik robiah ni anak dari sapa?coz ku dah lama gak balik kampung jadi gak tahu perkembangan desa tiwulandu,mungkin klo sempet lbrn kali ni ku pulang,oh iya rumahku dari masjid ke timur rumah yang ke 6 kalo gak salah, kalereun jalan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *