Arsip Tag: Cerita Perempuan

Detik-detik Terakhir (1)

Rajab dan Syaban adalah bulan penuh berkah, khususnya bagi saya dan di tahun 1433 Hijriyah ini. Sudah hampir satu tahun saya memprogram skripsi, tepatnya sejak september 2011 hingga april 2012 kemarin dan belum juga ada kemajuan. Bila dicermati ternyata hanya satu atau Lanjutkan membaca

Kurindukan PanggilanNya

Aliran darah berputar-putar tidak tentu arah, nyeri disekujur tubuh terutama di daerah perut tak tertahankan, mata yang telah lelah untuk terpejam sejenak pun akhirnya terjaga. Hampir 2 jam mencoba rilex dari sekian akitivas disiang hari yang menghabiskan tenaga. Lanjutkan membaca

Sua Kembali

HamdanlilLah. Tiada ucapan syukur yang melebihi kebahagaiaan yang ada.
Berawal dari sebuah sms di penghujung mentari menampakkan sinarNya.

Dek, lagi dimana? Yu kangen, pengen ketemuan
Sontak aku girang, segera kutekan nomor telpon untuk pastikan posisinya.
Assalamua’alaikum
Wa’alaikumsalam

Lanjutkan membaca

Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu


tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu


tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

1989

video hujan bulan juni

Bulan Juni ini, mengingatkan saya pada puisi di atas. Puisi karya salah seorang penyair besar Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Lanjutkan membaca

Semangat Ngeblog

Teringat beberapa tahun yang lalu saat masih Aliyah-SMA-di Yayasan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Brebes, tepatnya tahun 2003. Saat mengikuti tes masuk, saya tak banyak pikir panjang. Thoh tesnya hanya mata pelajaran matematika dan membaca Al Quran, saat itu cukup mudah bagi saya. Sebelumnya sempat melihat di brosur ada beberapa spesifikasi untuk program Aliyah, salah satunya spesifikasi komputer. Satu tujuan saya, yakni harus bisa masuk di spesifikasi tersebut. Maklum, anak desa yang masih gemerlap bila melihat dan bisa mengoperasikan komputer.

Benar prediksi itu, saya lolos tes dengan nilai tertinggi dari sekian ratus siswa. Sembilan koma lima! Entah diterima di kelas IPA pun IPS, yang terpenting bisa masuk program sepesifikasi komputer, gumam saya. Lanjutkan membaca